Kamis, 16 Oktober 2014

Konflik Batin (softskill)



Kali ini saya akan membahas konflik batin pribadi yang saya alami beberapa waktu lalu dengan tujuan memenuhi tugas softskill mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.

                Sebagai pendahuluan saya akan membahas sedikit apa itu konflik batin. Konflik batin adalah salah satu jenis konflik berdasarkan faktor pendorongnya. Konflik internal, sering disebut dengan konflik batin karena didorong oleh emosi yang dirasakan sendiri misalnya rasa tersingkirkan, perasaan tidak nyaman, marah, bingung dsb. Karena itulah, konflik ini seringkali dialami remaja seusia saya yang tergolong masih kurang stabil dalam menata emosi. 

                Konflik yang akan saya ceritakan adalah konflik batin yang saya alami diakhir masa SMA, tepatnya saat saya dituntut memilih jurusan yang notabene adalah jalan hidup yang sangat menentukan dalam hidup saya. Konflik ini muncul karena saya merasa bahwa saya memiliki tanggung jawab cukup besar sebagai anak pertama. 

                Sejak SMP saya menyukai pelajaran bahasa inggris. Begitu pula saat di SMA. Tidak begitu mahir, tapi jelas saya memiliki ketertarikan lebih pada bahasa dibandingkan eksak. Karena kegemaran inilah, muncul keinginan untuk mendalami pelajaran bahasa inggris. Jurusan paling pertama yang muncul dalam pikiran saya adala ‘Sastra Inggris’. Hambatan pertama muncul saat saya sadar bahwa tentunya agak sulit seseorang yang berasal dari IPA memilih jurusan yang terbuka untuk jalur IPS. Walau tidak sedikit orang yang berhasil lintas jurusan, tapi harapan saya sedikit sirna. Ditambah lagi pertanyaan orang tua saya setelah saya memberitahu mereka bahwa saya ingin memilih jurusan ini. “Nanti kerjanya apa?” begitu kira kira kalimat yang terselubung dalam nasihat panjang dari orang tua saya. Bingung sekali rasanya. Saya suka bahasa inggris, tapi saya tidak suka mengajar. Jelas, saya tidak bisa menjadi guru. Dari sini kuliah di jurusan Sastra Inggris hanyalah tinggal kenangan. Lagi pula saya pikir, media untuk mempelajari inggris sangatlah banyak jadi saya tidak berkecil hati.

                Setelah itu saya menaruh minat pada bidang psikologi. Entah kenapa saya tiba tiba terpikir ingin menjadi psikolog. Saya mulai mencari referensi universitas dengan jurusan psikologi yang bagus. Pilihan saya jatuh pada UNPAD. Tapi itu saja tidak cukup. SNMPTN memberikan tiga pilihan jurusan sebagai cadangan. Akhirnya saya memutuskan bertanya pada Ayah saya. “Terserah kamu. Tapi jurusan Teknik Informatika lowongan kerjanya banyak”. Saya tidak butuh waktu lama untuk mengiyakan saran Ayah saya. Lagipula saya suka dengan dunia komputer dan tertarik mengetahui lebih banyak. Akhirnya saya memilih ITB dan UNPAD dengan pilihan jurusan TI dan Psikologi. 

                Tidak sampai disitu konflik yang saya alami. Pengumuman SNMPTN keluar, dan hasilnya saya tidak lulus. Kebingungan kembali melanda batin saya. Dimana saya harus kuliah? Apakah saya harus mengganti pilihan jurusan untuk SBMPTN? Saya benar benar kalut saat itu. Disaat kebanyakan teman teman saya telah menunjuk universitas swasta, saya masih bergulat dengan batin saya sendiri. Lagi lagi Ayah saya memberikan solusi yang sangat baik. Rekan kerjanya banyak mengatakan bahwa Universitas Gunadarma mendapat predikat sangat baik dalam bidang TI. Setelah mencari info, ternyata benar. Gunadarma bahkan masuk ke peringkat 10 universitas terbaik se Indonesia.

                Akhirnya saya mendaftar di Universitas Gunadarma dan sekarang resmi menjadi mahasiswi jurusan Teknik Informatika. Setelah sekian banyak pergolakan batin yang saya rasakan, tercetuslah pilihan yang mantap ini. 

                Tentunya seiring berjalannya waktu, konflik konflik lain akan terus bermunculan. Tapi bukankah konflik konflik tersebut justru menjadi bumbu kehidupan. Mengesampingkan kepentingan diri sendiri untuk menjalankan tanggung jawab bukanlah hal yang mudah. Tapi rasa puas yang tercipta setelah mengalahkan ego, cukup membanggakan. Seakan saya membuktikan pada diri saya sendiri, bahwa saya telah melewati tahap yang penting untuk masa depan saya dengan bijaksana. Saya pun bertekad untuk menyelesaikan setiap konflik yang akan saya hadapi dengan melihat sisi positif dan negatifnya. Melihat pengaruhnya bagi orang orang disekitar, juga masa depan saya.

                Sekian cerita konflik batin yang pernah saya alami beserta solusinya.